Rabu, 18 November 2009

Psikologi

Sejarah

Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir 1800an.) Tetapi, manusia di sepanjang sejarah telah memperhatikan masalah psikologi. Seperti filsuf yunani terutama Plato dan Aristoteles. Setelah itu St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern karena perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuannya tentang fenomena psikologi. Descartes (1596-1650) mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya. Ia juga memperkenalkan konsep kerja refleks. Banyak ahli filsafat terkenal lain dalam abad tujuh belas dan delapan belas—Leibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan Hume—memberikan sumbangan dalam bidang psikologi. Pada waktu itu psikologi masih berbentuk wacana belum menjadi ilmu pengetahuan.

Kajian psikologi

Psikologi adalah ilmu yang luas dan ambisius, dilengkapi oleh biologi dan ilmu saraf pada perbatasannya dengan ilmu alam dan dilengkapi oleh sosiologi dan anthropologi pada perbatasannya dengan ilmu sosial. Beberapa kajian ilmu psikologi diantaranya adalah:

Psikologi perkembangan

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktor-faktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat dengan psikologi kepribadian, karena perkembangan individu dapat membentuk kepribadian khas dari individu tersebut.

Psikologi sosial

bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :

  1. studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat)
  2. studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain
  3. studi tentang interaksi kelompok, misalnya : kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, persaingan, konflik

Psikologi kepribadian

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat dengan psikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam berinteraksi sosial dengan lingkungannya.

Psikologi kognitif

Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: Persepsi, proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.

Wilayah terapan psikologi

Wilayah terapan psikologi adalah wilayah-wilayah dimana kajian psikologi dapat diterapkan. walaupun demikian, belum terbiasanya orang-orang Indonesia dengan spesialisasi membuat wilayah terapan ini rancu, misalnya, seorang ahli psikologi pendidikan mungkin saja bekerja pada HRD sebuah perusahaan, atau sebaliknya.

Psikologi pendidikan

Psikologi pendidikan adalah perkembangan dari psikologi perkembangan dan psikologi sosial, sehingga hampir sebagian besar teori-teori dalam psikologi perkembangan dan psikologi sosial digunakan di psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.

Psikologi sekolah

Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Yang bertujuan untuk membentuk mind set anak.

Psikologi industri dan organisasi

Psikologi industri memfokuskan pada menggembangan, mengevaluasi dan memprediksi kinerja suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh individu, sedangkan psikologi organisasi mempelajari bagaimana suatu organisasi memengaruhi dan berinteraksi dengan anggota-anggotanya.

Psikologi kerekayasaan

Penerapan psikologi yang berkaitan dengan interaksi antara manusia dan mesin untuk meminimalisasikan kesalahan manusia ketika berhubungan dengan mesin (human error).

Psikologi klinis

Adalah bidang studi psikologi dan juga penerapan psikologi dalam memahami, mencegah dan memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang normal.

Parapsikologi

Parapsikologi adalah cabang psikologi yang mencakup studi tentang extra sensory perception, psikokinesis, dan sebagainya [1][2][3]. Bagi para pendukungnya, parapsikologi dilihat sebagai bagian dari psikologi positif dan psikologi transpersonal[1][4][3]. Penelitian parapsikologi pada umumnya dilakukan di laboratorium sehingga parapsikolog menganggap penelitian tersebut ilmiah.[1][3]. Kritisisme terhadap parapsikologi [5] dan dukungan terhadap parapsikologi dari American Association for the Advancement of Science terhadap affiliasinya yaitu Parapsychological Association [6]

Classical Conditioning Di Kelas

Classical Conditioning Di Kelas

Proses belajar dengan rumus S-R bisa berjalan dengan syarat adanya unsur-unsur seperti dorongan (drive), rangsangan (stimulus), respon (response), dan penguatan (reinforcement). Pertama, dorongan adalah suatu keinginan dalam diri seseorang untuk memenuhi suatu kebutuhan yang sedang dirasakannya. Seorang anak merasakan adanya kebutuhan akan bahan bacaan ringan untuk mengisi waktu senggangnya, maka ia terdorong untuk memenuhi kebutuhan itu, misalnya dengan mencarinya di perpustakaan terdekat. Unsur dorongan ini ada pada setiap orang meskipun tingkatannya tidak sama: ada yang kuat, ada pula yang lemah . Kedua, adanya rangsangan (stimulus). Kalau dorongan datangnya dari dalam, maka rangsangan datang dari luar. Bau masakan yang lezat bisa merangsang timbulnya selera makan yang tinggi, bahkan yang tadinya tidak terlalu lapar pun bisa menjadi lapar dan ingin segera mencicipinya. Wanita cantik dengan pakaian yang ketat juga bisa merangsang gairah seksual setiap lelaki dewasa (yang normal) . Oleh karena itu, dalam islam wanita tidak diperbolehkan berpakaian yang merangsang, dan bahkan harus menutup seluruh auratnya (Qur’an:24:31). Hal ini untuk menjaga “keamanan”, menjaga nafsu yang sering tidak terkendali sebagaimana sering kita dengar adanya tindakan perkosaan brutal yang tidak berprikemanusiaan.

Dalam sistem intruksional, rangsangan ini bisa terjadi (bahkan bisa diupayakan) pada pihak sasaran untuk bereaksi sesuai dengan keinginan komunikator, guru maupun instruktur. Dalam suatu kuliah siang hari, pada saat para mahasiswa banyak yang mengantuk dan kurang bergairah, sang dosen bisa merangsangnya dengan berbagai cara, dan yang sering dilakukan adalah antara lain dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang selektif dan menarik, bercerita ringan atau humor.

Dari adanya rangsangan tersebut kemudian timbul reaksi, dan memang orang bisa timbul reaksinya atas suatu rangsangan. Bentuk reaksi berbeda-beda tergantung pada situasi, kondisi dan bahkan bentuk rangsangan tadi. Reaksi-reaksi yang terjadi pada seseorang akibat adanya rangsangan dari lingkungan sekitarnya inilah yang disebut dengan respon dalam teori belajar. Maka unsur yang Ketiga, adalah masalah respon. Respon ini bisa dilihat atau diamati dari luar. Respon ini ada yang positif dan ada pula yang negatif. Respon positif terjadi sebagai akibat “ketepatan” seseorang melakukan respon (mereaksi) terhadap stimulus yang ada, dan tentunya yang sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan respon negatif adalah apabila seseorang bereaksi justru sebaliknya dari yang diharapkan oleh pemberi rangsangan. Kempat, adalah masalah penguatan (reinforcement). Unsur ini datangnya dari pihak luar kepada seseorang yang sedang melakukan respon. Apabila respon telah benar, maka perlu diberi penguatan agar orang tersebut merasa adanya kebutuhan untuk melakukan respons seperti tadi lagi. Seorang anak kecil yang sedang mencoret-coret buku kepunyaan kakaknya, tiba-tiba dibentak dengan kasar, bisa terkejut bahkan bisa menderita guncangan sehingga ia tidak akan mencoret-coret buku lagi. Bahkan kemungkinan yang paling jelek di kemudian hari barangkali ia akan benci terhadap setiap yang namanya tulis menulis. Hal ini adalah bentuk penguatan yang salah. Barangkali akan lebih baik apabila cara melarangnya dengan kata-kata yang tidak membentak. Dengan demikian si anak akan merasa dilarang menulis, dan itu namanya anak diberi penguatan positif sehingga ia merasa perlu untuk melakukan coretan seperti tadi, tapi di tempat lain. Setiap kali seorang siswa mendapat nilai A pada mata pelajaran matematika, ia mendapat pujian dari guru; maka selanjutnya ia akan berusaha mempertahankan prestasinya itu. Dengan kata lain, ia melaksanakan semuanya itu karena dipuji (diberi penguatan) oleh guru.

Proses belajar akan terjadi secara terus menerus apabila stimulus dan respon ini berjalan dengan lancar. Ia berproses secara rutin dan tampak seperti otomatis tanpa membicarakan hal-hal yang terjadi selama berlangsungnya proses tadi. Namun dalam hal ini tidak dibicarakan bahwa yang namanya belajar banyak melibatkan unsur pikiran, ingatan, kemauan, motivasi, dan lain-lain.

Aplikasi/penerapan klasikal kondisioning di kelas adalah dengan cara:

Menjadikan lingkungan belajar yang nyamn&hangat, sehingga kelas menjadd satu ksatuan (saling berhubungan) dengan emosi positf (adanya hubungan persahabatan/kekerabatan)

Pada awal masuk kelas, guru tersnyum dan sebagai pembukaan bertanya kepada siswa tetang kabar keluarga, hewan peliharaan/hal pribadi dalam hidup mereka.

Guru berusaha agar siswa merespek satu sama lain pada prioritas tinggi di kelas, misalnya, pada diskusi kelas guru merangsang siswa untuk berpendapat

Pada sesi tanya jawab, guru berusaha membuat siswa berada dalam situasi yang nyaman dengan memberikan hasil (positf outcome – masukn positif). Misalnya, jika siswa diam/tidak aktif, maka guru bisa memulai dengan pertanyaan ”apa pendapatmu tentang masalah ini”, atau bagaimana kamu membandingkan dua contoh ini”. Dengan kata lain, guru memberi pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk berpendapat. Namun jika dengan cara inipun siswa tidak sanggup/ segan untuk merespon, maka tugas guru untuk membimbing/ memacu sampai siswa memberi jawaban yang dapat diterima.

KONSEP BELAJAR BEHAVIORAL KLASIK

I. KONSEP BELAJAR BEHAVIORAL KLASIK

Teori ini memandang manusia sebagai produk lingkungan. Artinya, segala perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungan sekitarnya. Di mana lingkungan tempat manusia tinggal, di sanalah seluruh kepribadiannya akan terbentuk. Lingkungan yang baik akan membentuk manusia menjadi baik. Juga sebaliknya, lingkungan yang jelek akan menghasilkan manusia-manusia yang bermental jelek sesuai dengan kondisi lingkungan tadi.

Selain itu, konsep belajar behavioristik juga menjelaskan bahwa belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).

Karakter Classical Conditioning

Classical conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. (Terrace, 1973). Selain itu, ada pula proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.

Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Bakker, 1985) bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu.

psikologi dalam pendidikan

Baiklah sekarang kita menginjak tema satu ini: (drum role please) Validitas Pengukuran

Pada intinya validitas pengukuran memberikan gambaran mengenai seberapa jauh pengukuran yang kita lakukan itu memang mengukur sesuai yang ingin diukur. Maksudnya apakah pengukuran telah memenuhi tujuannya. Misalnya kita ingin mengukur inteligensi, maka apakah alat yang kita pakai untuk mengukur inteligensi itu memang benar-benar mengukur inteligensi bukan yang lain misalnya seperti yang dicurigai orang selama ini : kemampuan akademik. Atau jika kita ingin mengukur kecemasan, apakah alat yang kita pakai memang mengukur kecemasan bukan depresi misalnya.

Nah untuk validitas ini bisa diestimasi dengan berbagai cara. Saya akan menggunakan pengklasifikasian yang biasa dipakai di kelas yang mengacu buku-buku Saifuddin Azwar dengan sedikit modifikasi:
  1. Validitas tampang; pendekatan ini menggunakan penilaian subjektif dari subjek atau testee mengenai keabsahan tes. Tentunya metode ini hanya dapat digunakan jika tujuan alat ukur memang secara jelas dapat diketahui oleh testee. Misal tes yang digunakan di kelas untuk mengukur hasil belajar.Validitas tampang yang tinggi dapat diperoleh jika testee setuju kalau tes yang mereka kerjakan memang mengukur apa yang ingin diukur. Validitas tampang yang tinggi dapat berarti buruk pada tes atau skala yang tujuan pengetesannya sebaiknya tidak diketahui oleh subjek. Misalnya skala sikap. Jika subjek dapat mengetahui tujuan pengukuran dari melihat tes, maka kita akan meragukan hasil pengukurannya. Karena subjek memiliki kemungkinan untuk memberikan respon yang bias (tidak sesuai dengan apa yang dia alami tapi lebih pada respon yang seharusnya diberikan).
  2. Validitas Isi; pendekatan ini menggunakan kriteria berupa tabel spesifikasi yang berisi domain dari tes. Domain ini dapat berasal dari (1) teori yang mendukung konstruk yang diukur (lihat post Stop Press: Aspek, Indikator, Dimensi dan Faktor),(2) kurikulum, jika pengukuran dilakukan pada hasil prestasi belajar (3) kebutuhan yang menjadi persyaratan, ini khususnya jika pengukuran dimaksudkan sebagai alat seleksi. Dalam hal ini estimasi validitas dilakukan dengan membandingkan teori dengan tabel spesifikasi dan item yang disusun, apakah tabel spesifikasi selaras dengan teori yang mendasarinya, dan apakah item memang mengungkap aspek yang ingin diukur. Penilaian mengenai hal ini dapat dilakukan oleh penilai profesional (professional judgement). Beberapa buku menyebutnya sebagai Validitas Isi Logis .
  3. Validitas Kriteria; pendekatan ini dapat dilakukan dengan mengkorelasikan hasil tes (berupa skor) yang ingin diestimasi validitasnya dengan kriteria berupa hasil tes lain atau perilaku prediksi yang diharapkan. Misalnya kita ingin mengestimasi validitas tes inteligensi yang sudah kita susun. Kita dapat melakukannya dengan mengkorelasikan hasil tes inteligensi kita dengan hasil tes inteligensi lain yang sudah baku. Jika korelasi antara hasil tes inteligensi kita dengan yang sudah baku itu positif dan tinggi, maka dapat dikatakan tes inteligensi kita memiliki validitas yang baik. Metode ini disebut juga concurrent criterion-related validity. Atau kita juga dapat mengestimasi dengan mengkorelasikan hasil tes inteligensi kita dengan perilaku prediksi yang diharapkan, misalnya prestasi belajar siswa di sekolah. Jika hasil korelasi bernilai positif dan tinggi, maka dapat dikatakan tes inteligensi kita memiliki validitas prediktif yang baik terhadap prestasi di sekolah. Ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi kriteria yang akan digunakan yaitu: relevan, reliabel, tidak bias, dan dapat diperoleh.
  4. Validitas Konstruk; estimasi validitas konstruk dilakukan dengan membandingkan 'perilaku' skor tes dengan teori yang mendasari tesnya. Misalnya dalam teori dikatakan inteligensi itu memiliki korelasi positif dengan bakat kognitif tapi tidak memiliki korelasi dengan bakat musik. Maka tes inteligensi yang kita buat dapat dikatakan memiliki validitas konstruk jika skor tesnya memiliki korelasi yang positif dengan hasil skor tes bakat kognitif dan tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan bakat musik. Ada cukup banyak teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasi validitas konstruk ini, misalnya dengan menggunakan Analisis Faktor atau metode Multi-Trait Multi-Method.
Estimasi validitas no 1 dan 2 dapat dilakukan tanpa menggunakan skor tes yang bersangkutan. Sementara no 3 dan 4 kita harus melakukan pengetesan untuk memperoleh skor tes untuk dikorelasikan atau dibandingkan dengan skor tes lain.

Dalam penelitian di jenjang S-1 biasanya mahasiswa tidak dituntut untuk melakukan estimasi validitas menggunakan Validitas Kriteria apalagi Validitas Konstruk. Biasanya hanya dituntut untuk melakukan estimasi dengan menggunakan pendekatan validitas tampang dan isi logis saja.

Rabu, 11 November 2009

Email Sebagai Sarana Komunikasi

Email Sebagai Sarana KomunikasiThis is a featured page

1. Pengertian Email (electronic Mail) adalah fasilitas dalam internet yang berfungsi untuk mengirim serta menerima berita atau pesan kepada/dari seseorang. E-mail account adalah alamat yang dimiliki seseorang sebagai kotak pos yang dituju oleh pengirim agar sampai pada alamat yang diinginkan. Dengan email, biaya dan waktu pengiriman dapat diminimalkan, karena pesan dapat dikirimkan ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang bersamaan tanpa adanya tambahan biaya. Beberapa contoh penyedia layanan e-mail :
  1. http://www.gmail.com
  2. http://www.plasa.com
  3. http://www.yahoo.mail.com
  4. http://lovemail.com
  5. http://eudoramail.com
Setiap pemilik e-mail pasti memiliki password yang digunakan untuk membuka email account. Beberapa tips agar password tidak mudah dipecahkan oleh orang lain adalah :
  1. Biasakan membuat password yang terdiri atas campuran huruf dengan angka
  2. Jangan gunakan satu huruf pada pssword untuk hal-hal penting karena akan mudah dipecahkan oleh orang lain.
2. Keuntungan menggunakan e-mail :
  1. Menghemat waktu
  2. Memberikan kemudahan bagi konsumen untuk memberikan berita penting yang tidak mengenal batas ruang dengan waktu yang relatif singkat.
  3. Sebagai penyedia jasa layanan surat/berita yang dapat dipergunakan dengan cepat
  4. Memberikan layanan penyalur berita atau pesan yang murah
  5. Memberikan kemudahan layanan yang dapat dimanfaatkan oleh orang di manapun berada.
3. Mendaftar email melalui Yahoo
  1. Klik start
  2. Pilih program
  3. Klik browser, misalnya Mozila
  4. Ketik www.yahoo.com pada address bar
  5. Setelah tampil homepage yahoo klik sign up
  6. Isi formulir yang telah tersedia
  7. Klik Create My Account, setelah proses loading selesai akan muncul halaman konfirmasi bahwa registrasi kita berhasil.
4. Mengirim email
  1. Klik start
  2. Pilih program
  3. Klik browser, misalnya Mozila
  4. Ketik www.yahoo.com pada address bar
  5. Klik masuk atau sign in
  6. Ketik nama yahoo ID, masukkan pasword klik sign in
  7. Setelah muncul halaman e-mail, pilih compose
  8. Masukkan alamat email tujuan, Cc dan Bcc (jika ada), dan subjek. Ketik isi surat
  9. Jika ingin melampirkan file klik lampiran (attach files), lalu klik browse kemudian cari file yang akan dilampirkan, klik open. Klik attach files, tunggu beberapa saat sampai proses attaching files selesai. Klik continue to message
  10. lalu setelah selesai klik send. Tunggu beberapa saat, kemudian akan muncul halaman konfirmasi
5. Membuka dan menjawab email (reply)
  1. Klik start
  2. Pilih program
  3. Klik browser, misalnya Mozila
  4. Ketik www.yahoo.com pada address bar
  5. Klik masuk atau sign in
  6. Ketik nama yahoo ID, masukkan pasword klik sign in
  7. Setelah muncul halaman e-mail, pilih inbox untuk melihat daftar e-mail yang masuk.
  8. Untuk melihat isi surat, klik salah satu surat yang ingin di baca pada list yang ber-link
  9. Jika ingin membalas surat, klik reply
  10. tuliskan isi e-mail jawabannya, lalu klik send.
6. Menyimpan email dalam hard disk dan mencetaknya
  1. Ikuti langkah membuka email samapai langkah ke 7
  2. Setelah email terbuka klik menu file pada toolbar, klik save as, kemudian keluar dialog save web page. Tentukan nama dan lokasi penyimpanan
  3. Klik save untuk menyimpan.
  4. Klik menu file lalu pilih print / tekan ctrl+p kemudian klik ok

oouupst...

Sophie's face faded into the gray winter light of the sitting room. She dozed in the armchair that Joe had bought for her on their fortieth anniversary. The room was warm and quiet. Outside it was snowing lightly.

At a quarter past one the mailman turned the corner onto Allen Street. He was behind on his route, not because of the snow, but because it was Valentine's Day and there was more mail than usual. He passed Sophie's house without looking up. Twenty minutes later he climbed back into his truck and drove off.

Sophie stirred when she heard the mail truck pull away, then took off her glasses and wipe her mouth and eyes with the handkerchief she always carried in her sleeve. She pushed herself up using the arm of the chair for support, straightened slowly and smoothed the lap of her dark green housedress.

Her slippers made a soft, shuffling sound on the bare floor as she walked to the kitchen. She stopped at the sink to wah the two dishes she had left on the counter after lunch. Then she filled a plastic cup halfway with water and took her pills. It was one forty-five.

There was a rocker in the sitting room by the front window. Sophie eased herself into it. In a half-hour the children would be passing by on their way home from school. Sophie waited, rocking and watching the snow.

The boys came first, as always, runnng and calling out things Sophie could not hear. Today they were making snowball as they went, throwing them at one another. One snowball missed and smackd hard into Sophie's window. She jerked backward, and the rocker slipped off the edge of her oval rag rug.

The girl dilly-dallied after the boys, in twos and threes, cupping their mittened hands over their mouths and giggling. Sophie wonder if they were telling each other about the valentines they had received at school. One pretty girl with long brown hair stopped and pointed to her face behind the drapes, suddenly self-consious. When she looked out again, the boys and girls were gone. It was cold by the window, but she stayed there watching the snow conver the children's footprints

A florist's truck turned onto Allen Street. Sophie followed it with her eyes. It was moving slowly. Twice it stopped and started again. Then the driver pulled up in front of Mrs. Mason's house next door and parked.Who would be sending Mrs. Mason flowers? Sophie wondered. Her daughter in Wisconsin? Or her brother? No, her brother was very ill. It was probably her daughter. How nice of her.

Flowers made Sophie think of Joe and, for a moment, she let the aching memory fill her. Tomorrow was the fifteenth. Eight months since his death.

The flower mans was knocking at Mrs. Mason's front door. He carried a long white and green box and a clipboard. No one seemed to be answering. Of course! It was Friday - Mrs. Mason quilted at the church on Friday afternoons. the delivery man looked around, then started toward Sophie's house.

Sophie shoved herself out of the rocker and stood close to the drapes. The man knocked. Her hands trembled as she straightened her hair. She reached her front hall on the third knock.

"Yes?" she said, peering around a slightly opened door. "Good afternoon, ma'am," the man said loudly. "Would you take a delivery for your neighbor?"

"Yes," Sophie answered, pulling the door wide open. "Where would you like me to put them?" the man asked politely as he strode in.

"In the kitchen, please. On the table." The man looked big to Sophie. She could hardly see his face between his green cap and full beard. Sophie was glad he left quickly, and she locked the door after him.

The box was as long as the kitchen table. Sophie drew near to it and bent over to read the lettering: "NATALIE'S Flowers for Every Occasion." The rich smell of roses engulfed her. She closed her eyes and took slower breaths, imagining yellow roses. Joe had always chosen yellow. "To my sunshine," he would say, presenting the extravagant bouquet. He would laugh delightedly, kiss her on the forehead, then take her hands in his and sing to her "You Are My Sunshine."

It's was five o'clock when Mrs. Mason knocked at Sophie's front door. Sophie was still at the kitchen table. The flower box was now open though, and she held the roses on her lap, swaying slightly and stroking the delicate yellow petals. Mrs. Mason knocked again, but Sophie did not hear her, and after several minutes the neighbour left.

Sophie rose a little while later, laying the flowers on the kitchen table. Her cheeks were flushed. She dragged a stepstool across the kitchen floor and lifted a white porcelain vase from the top corner cabinet. Using a drinking glass, she filled the vase with water, then tenderly arranged the roses and greens, and carried them into the sitting room.

She was smiling as she reached the middle of the room. She turned slightly and began to dip and twirl in small slow circles. She stepped lightly, gracefully, around the sitting room, into the kitchen, down the hall, back again. She danced till her knees grew weak, and then she dropped into the armchair and slept.

At a quarter past six, Sophie awoke with a start. Someone was knocking on the back door this time. It was Mrs. Mason.

"Hello, Sophie," Mrs. Mason said. "How are you? I knocked at five and was a little worried when you didn't come. Were you napping?" She chattered as she wiped her snowy boots on the welcome mat and stepped inside. "I just hate snow, don't you? The radio says we might have six inches by midnight, but you can never trust them, you know. Do you remember last winter when they predicted four inches, and we hand twenty-one? Twenty-one! And they said we'd have a mild winter this year. Ha! I don't think it's been over zero in weeks. Do you know my oil bill was $263 last month? For my little house!"

Sophie was only half-listening. She had remembered the roses suddenly and was turning hot with shame. The empty flower box was behind her on the kitchen table. What would she say to Mrs. Mason?

"I don't know how much longer I can keep paying the bills. If only Alfred, God bless him, had been as careful with money as your Joseph. Joseph! Oh, good heavens! I almost forgot about the roses."
Sophie's cheeks burned. She began to stammer an apology, stepping aside to reveal the empty box.


"Oh, good," Mrs. Mason interrupted. "You put the roses in water. Then you saw the card. I hope it didn't startle your to see Joseph's handwriting. Joseph had asked me to bring you the roses the first year, so I could explain for him. He didn't want to alarm you. His 'Rose Trust,' I think he called it. He arranged it with the florist last Apirl. Such a good man, your Joseph..."

But Sophie had stopped listening. Her heart was pounding as she picked up the small white envelope she had missed earlier. It had been lying beside the flower box all this time. With trembling hands, she removed the card.

"To my sunshine," it said. "I love you with all my heart. Try to be happy when you think of me. Love, Joe."

Rabu, 04 November 2009

Perjalanan Pulang

Perjalanan Pulang

Terimakasih adalah kata terakhir yang mampu ku lontarkan, ku bisikkan pada kawan “kesempatan bukan untuk di siakan”.

Hatiku menangis melihat haru dan kesedihan yang membelenggu, hingga tak mampu lagi ku teteskan air mata dihadapannya. Hal terindah yang ku miliki, disaat aku bersamanya dalam alunan cinta dan kasih. Kutatap matanya yang berkaca, seakan berkata “jangan tinggalkan aku sayang”. kusentuh pipi merahnya yang hangat, dan ku belai setiap helaian rambutnya.

Senyuman yang sudah ku siapkan menambah luka dihatinya, semakin deras air mata membanjiri pipinya. ku usap dengan lembut dan terulang kata “jangan tinggalkan aku sayang”.

Hatiku menagis, melihat puluhan kawan merasa kehilangan. Kesedihan yang juga larut dalam hati ayah dan bunda membuatku tersenyum dalam buaian sang kekasih. Pelukan yang hangat adalah kado terindah sebelum aku pergi meninggalkan mereka.

Ingin rasanya ku kecup keningnya, karna bukan nafsulah yang membelengguku untuk mencintainya. Tangan mungilnya yang sedari tadi menggenggam tanganku membuat aku terus tersedu.

“Sampai kapan kau tak merelakan ku pergi?”

Nafas ku tersedak, membuat bunda membunyikan alarm memanggil suster yang merawatku. Tabung oksigen kembali ia bungkamkan ke mulutku.

Namun aku kini menolaknya, setelah sekian kali ku habiskan tabung-tabung oksigen. “Aku hanya ingin hirup udara segar !”

Dan kembali ku raih tangannya “Aku pergi sayang”.

Dengan hati-hati para malaikat membawa ku pergi dari hadapan mereka, ku pejamkan mata ini perlahan, ku taburkan senyum hangat ku pada semu orang terkasih.
Ku lambaikan tanganku dan berpamitan padanya.
Jangan rindukan aku sayang….